PEMBUATAN LARUTAN DERET STANDAR KARBON ORGANIK

 

A.    Tujuan Praktikum   

1.      Dapat membuat deret standar karbon organik dengan benar

2.      Dapat mengaplikasikan cara pemakaian alat laboratorium

3.      Dapat mengoperasikan spektrofotometer UV-VIS

4.      Untuk mendapatkan kadar baku pembanding untuk sampel uji

 

B.     Prinsip Praktikum

Standar baku pembanding dibuat beberapa konsentrasi yang diperlakukan sama dengan prosedur pada sampel uji dan diukur pada panjang gelombang yang sama. Karbon sebagai organik akan mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga menjadi Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Intensitas warna hijau yang terbentuk setara dengan kadar karbon.

 

C.    Dasar Teori

Karbon organik penting untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik dan air tanah. Sering kali ada hubungan langsung antara persentase karbon organik total dan karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan dalam tanah pada zona iklim yang sama. Karbon organik juga berhubungan dengan aktivitas enzim tanah. Di perkebunan teh Gambung, karbon organik tanah juga digunakan untuk menentukan dosis asam-asam organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan senyawa organik dalam tanah yang dicirikan dengan meningkatnya kadar karbon organik tanah (Darliana, 2009).

Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO2 dari udara bebas (atmosfer). Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil, umunya bagian tanaman yang berwarna hijau dan terdapat di atas tanah. Klorofil mampu manyerap energi cahaya (terutama sinar matahari) dan mengubahnya menjadi energi kimia. Energi tersebut digunakan untuk menghasilkan CO2 menjadi senyawa organik termasuk karbohidrat (Fauzi, 2008).

Kadar CO2 dalam atmosfer relatif stabil, yakni 0,03% volume atau 0,57 mg/l udara. Tanpa adanya CO2 di udara, maka kehidupan tanaman akan terhenti. Kalau kehidupan tanaman terhenti, maka kehidupan makhluk hidup lain termasuk manusia dan hewan mungkin juga terhenti (Fauzi, 2008).

Tanaman atau tumbuhan yang kekurangan unsur karbon memiliki beberapa gejala diantaranya warna daun menjadi layu dan dinding tiap-tiap sel pada tanaman menjadi lemah. Oleh karena itu, pemberian pupuk yang mengandung kadar karbon sesuai dengan SNI sangat dianjurkan. Adapun peran karbon untuk tanaman, yaitu

·         Penyusun dari zat karbohidrat, lemak, dan protein.

·         Penyusun selulosa yang merupakan dinding tiap-tiap sel dan memperkuat seluruh bagian tanaman.

·         Mempengaruhi rasa dan wangi-wangian air buah maupun bunga.

·         Mempengaruhi warna daun maupun bunga.

 

D.    Alat dan Bahan

1.      Alat

Tabel 1. Alat yang digunakan

No.

Nama Alat

Spesifikasi

Jumlah

1.

Botol semprot

250 ml

1 buah

2.

Dispenser pipet

-

1 buah

3.

Filler

-

1 buah

4.

Kuvet plastik

-

3 buah

5.

Labu ukur

100 ml

7 buah

6.

Pipet tetes

-

1 buah

7.

Pipet volume

5 ml

1 buah

8.

Pipet ukur

10 ml

1 buah

9.

Spektrofotometer Uv-Vis

-

1 unit

10.

Gelas kimia

500 ml

2 buah

11.

Gelas kimia

1000 ml

1 buah

12.

Gelas ukur

100 ml

1 buah

13.

Labu ukur

1000 ml

2 buah

 

2.      Bahan

Tabel 2. Bahan yang digunakan

No.

Nama Alat

Spesifikasi

Jumlah

1.

Aquadest

-

± 3.100 ml

2.

Larutan Asam Sulfat

p.a

± 150 ml

3.

Padatan K2Cr2O7

-

98,1 g

4.

Padatan glukosa

p.a

12,51 g

 

E.     Prosedur

1)      Pembuatan Larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) 1N

1.      Dilarutkan 98,1 g kalium dikromat dengan 600 mL air bebas ion dalam gelas kimia 1000ml.

2.      Ditambahkan 100 mL asam sulfat pekat

3.      Dipanaskan hingga larut sempurna

4.      Diencerkan dalam labu ukur 1 liter dengan air bebas ion sampai tanda batas.

2)      Pembuatan Larutan Standar Karbon 5.000 ppm

1.      Dilarutkan 12,510 gram glukosa p.a dengan air suling di dalam labu ukur 1 liter dan diimpitkan.

3)      Pembuatan Larutan Deret Standar Karbon

1.      Disiapkan 7 buah labu ukur 100 mL dan diberi label : 0, 25, 50, 100, 150, 200, 250 ppm pada masing-masing labu ukur.

2.      Lalu dipipet masing-masing larutan induk standar Karbon 5.000 ppm pada labu ukur 100 mL yang diberi label :

a)      0 ppm     : 0 mL

b)      25 ppm   : 0.5 mL

c)      50 ppm   : 1 mL

d)     100 ppm : 2 mL

e)      150 ppm : 3 mL

f)       200 ppm : 4 mL

g)      250 ppm : 5 mL 

3.      Ditambahkan 5 mL kalium dikromat (K2Cr2O7) 1N lalu dikocok.

4.      Ditambahkan 7 mL asam sulfat (H2SO4) pekat menggunakan dispenser pipet.

5.      Dibiarkan 30 menit.

6.      Ditambahkan sedikit aquadest, dibiarkan hingga suhu ruang.

7.      Diencerkan dengan dengan aquadest lalu dikocok, dan disimpan semalaman.

8.      Kemudian diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang yang sesuai (561 nm).

 

 

F.     Data Pengamatan

Tabel 3.Data Absorbansi Larutan Deret Standar Karbon

Ppm

0

25

50

100

150

200

250

Absorbansi

0

0.035

0.081

0.187

0.270

0.343

0.422


Gambar 1. Grafik Deret Absorbansi Larutan Deret Standar Karbon


G.    Perhitungan

Perhitungan pengenceran yang diambil dari standar induk 5000 ppm                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  

1.

Standar 0 ppm

 

Ppm1

x

V1

=

Ppm2

x

V2

5000

x

V1

=

0

x

100

5000 V1

=

0

V1

=

0 mL

 

2.

Standar 25 ppm

 

Ppm1

x

V1

=

Ppm2

x

V2

5000

x

V1

=

25

x

100

5000 V1

=

2500

V1

=

0.5 mL

 

3.

Standar 50 ppm

 

Ppm1

x

V1

=

Ppm2

x

V2

5000

x

V1

=

50

x

100

5000 V1

=

5000

V1

=

1 mL

 

4.

Standar 100 ppm

 

Ppm1

x

V1

=

Ppm2

x

V2

5000

x

V1

=

100

x

100

5000 V1

=

10000

V1

=

2 mL

 

5.

Standar 150 ppm

 

Ppm1

x

V1

=

Ppm2

x

V2

5000

x

V1

=

150

x

100

5000 V1

=

15000

V1

=

3 mL

 

6.

Standar 200 ppm

 

Ppm1

x

V1

=

Ppm2

x

V2

5000

x

V1

=

200

x

100

5000 V1

=

20000

V1

=

4 mL

 

7.

Standar 250 ppm

 

Ppm1

x

V1

=

Ppm2

x

V2

5000

x

V1

=

250

x

100

5000 V1

=

25000

V1

=

5 mL

 

H.    Pembahasan

Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga menjadi Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Penggunaan asam sulfat pekat pada metode ini bertujuan untuk memberikan suasana asam saat terjadi reaksi. Saat larutan standar ditambahkan asam sulfat terjadi reaksi eksoterm, hal tersebut dapat dirasakan karena saat reaksi menghasilkan panas, yang ditandai dengan menjadi panasnya labu takar ketika ditambahkan asam sulfat pekat.. Lalu larutan didiamkan 30 menit agar pereaksi dapat mereduksi dengan sempurna. Setelah itu sebelum diencerkan larutan standar ditambahkan sedikit aquadest dibiarkan hingga dingin dahulu karena akan terjadi reaksi eksoterm.

 

I.       Kesimpulan

Hasil regresi kurva deret standar karbon organik yang dibuat dari 5.000 ppm C menjadi 0, 25, 50, 100, 150, 200 dan 250 ppm sebesar 0,997.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Komala, Desi Ratna.2015. Laporan Akhir C-Organik.Diakses melalui : http://dokumen.tips/documents/laporan-akhir-c-organik.html pada tanggal 20 September 2016

Setiawan,Gilang.2013.Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Diakses melalui : http://gilangsetiawanlaporan.blogspot.co.id/2014/01/laporanpraktikum-dasar-dasarilmu-tanah_4.html pada tanggal 20 September 2016

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama