Pada dasarnya, setiap material yang tersusun di dunia ini pasti memiliki bagian yang paling kecil, lalu ketika bagian kecil itu dibelah lagi maka akan tercipta bagian yang lebih kecil lagi. Nah, bagian kecil dari bagian yang terkecil itulah yang disebut sebagai atom.

1. Pengertian Atom
Kata atom
berasal dari bahasa Yunani, atomos (a = tidak, tomos = terbagi), yang
berarti tidak dapat dipecah. Atom dapat
diartikan sebagai partikel paling kecil penyusun suatu benda yang tidak dapat dibagi lagi. Atom terdiri dari
inti atom dan elektron-elektron yang mengelilinginya.
Pada dasarnya, atom berbentuk seperti lingkaran dengan diameter 6-30 mm. Gaya
elektromagnetik pada atom dapat mengikat partikel-partikel seperti neutron dan
elektron.
Terikatnya atom dengan proton, neutron, dan elektron membuat atom dan partikel-partikel tersebut membentuk sebuah molekul. Hingga saat ini atom belum dapat dilihat oleh berbagai macam teknologi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak ilmuan yang meneliti dan menganalisis beberapa teori tentang atom dan sifat sifatnya, salah sarunya adalah Jonh Dalton, J.J. Thompson, Ernest Rutherford, dan Niels Bohr.
2. Teori Atom
Sejarah teori atom dimulai dari pemikiran filsuf yunani yaitu Democritus. “Partikel yang paling terkecil dan tidak bisa dibagi-bagi”, ialah pemikirannya. Ia merupakan ilmuan pertama yang mengungkapkan teori atom merupakan partikel terkecil yang tidak bisa dibagi lagi. Dari pemikirannya ini, banyak ilmuwan yang tertantang untuk meneliti mengenai atom sehingga munculah teori atom modern. Teori atom modern adalah teori yang menjelaskan struktur atom secara lengkap. Atom tersusun atas partikel kecil yang disebut sub atom yaitu, neutron (n), proton (p), dan elektron (e).
2.1 Teori Atom Dalton
Gambar 1. John Dalton
John Dalton merupakan ilmuwan pertama yang mengembangkan teori atom pada tahun 1803. John Dalton juga mengatakan bahwa atom itu berbentuk seperti bola pejal dan merupakan partikel terkecil yang sudah tidak bisa dibagi-bagi lagi. Dengan kata lain, unsur-unsur yang bergabung dengan atom memiliki komposisi yang tetap.
Gambar 2. Model atom menurut John Dalton
Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier menyatakan bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi.” Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap.” Dari kedua hukum tersebut, Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut:
a) Atom adalah bagian terkecil dari suatu materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
b) Partikel-partikel penyusun atom mempunyai zat yang sama.
c) Atom unsur tertentu tidak bisa berubah menjadi atom unsur lain.
d) Dua atom atau lebih dapat bersenyawa atau bereaksi membentuk molekul.
e) Perbandingan antara atom-atom penyusunnya memiliki perbandingan tertentu dan sederhana dalam sebuah reaksi kimia
Meskipun John Dalton dikatakan sebagai ilmuwan pertama yang mengembangkan teori atom, tetapi teori ini masih memiliki beberapa kekurangan, di antaranya:
a) Atom bisa diubah menjadi atom unsur lainnya dengan reaksi nuklir. Dalam hal ini, membuktikan bahwa anggapan John Dalton tentang atom tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan adalah salah.
b) Dengan adanya isotop, maka anggapan John Dalton tentang atom pada suatu unsur mempunyai kesamaan dalam berbagai hal tidaklah benar. Isotop membuktikan bahwa atom yang sama akan mempunyai kesamaan pada nomor atom, tetapi nomor massanya berbeda.
c) Banyak ditemukan senyawa dengan perbandingan bilangan yang tidak bulat dan tidak sederhana. Dengan hal ini, maka bisa dikatakan bahwa teori John Dalton yang mengungkapkan bahwa perbandingan unsur dalam suatu senyawa memiliki perbandingan yang bulat dapat dipatahkan.
Seperti yang sudah dibahas bahwa teori atom John Dalton memiliki cukup banyak kekurangan. Namun dengan adanya teori ini, mulai membangkitkan minat terhadap penelitian mengenai model atom dan John Dalton tetap dianggap sebagai bapak pencetus teori atom modern.
2.2 Teori Atom Thomson
Gambar 3. Joseph Joh Thomson
Pada tahun 1897 Joseph John Thomson telah menemukan partikel yang memiliki muatan negatif yang saat ini dinamakan elektron. Penemuan ini mematahkan teori sebelumnya yang menganggap bahwa atom tersusun oleh zat yang sama. Teori ini disebut teori atom Thomson
Pada teori atom Thomson, atom digambarkan seperti roti kismis, karena Thomson beranggapan bahwa atom yang memiliki muatan positif dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Dengan kata lain, teori atom Thomson membuktikan bahwa atom masih memiliki sub-partikel atau sub-atom.
Gambar 4. Model atom menurut Thomson
(sumber : Encyolopedia Britannica, 2012)
Dalam mengembangkan teorinya, Thomson menyatakan bahwa secara keseluruhan atom itu bersifat netral. Hal ini dikarenakan elektron dengan muatan negatif membutuhkan partikel lain yang bermuatan positif yang berfungsi untuk menetralkan muatan negatif yang ada pada atom.
Secara garis besar, teori atom yang diungkapkan oleh Joseph John Thomson dapat disimpulkan menjadi beberapa hal, yaitu:
a) Atom bukanlah bagian terkecil dari suatu partikel.
b) Secara keseluruhan, atom mempunyai sifat yang netral.
c) Massa elektron lebih kecil daripada massa atom.
d) Atom yang bermuatan positif akan tersebar ke seluruh atom, lalu dinetralkan oleh elektron-elektron.
e) Atom yang bermuatan netral memiliki muatan positif dan muatan negatif yang sama. Dengan kata lain, tidak ada muatan positif atau muatan negatif yang berlebihan pada suatu atom.
Salah satu kelemahan Teori atom Thomson adalah tidak dapat menjelaskan muatan positif dan muatan negatif pada atom. Selain itu, Joseph John Thomson tidak tahu bahwa di dalam atom itu sendiri terdapat yang namanya inti atom. Namun dengan adanya teori ini, dapat membuktikan bahwa adanya partikel lain yang bermuatan negati dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil dari suatu unsur.
2.3 Teori Atom Rutherford
Gambar 5. Ernest Rutherford
Ernest Rutherford adalah fisikawan yang merupakan murid dari Joseph John Thomson. Dengan penelitian yang dilakukan oleh Rutherford, ia dapat menjawab semua kelemahan yang ada pada teori atom sebelumnya, yaitu teori atom Thomson.
Pada tahun 1910, Rutherford dan bersama dengan dua asistennya (Hans Geiger dan Ernest Marsreden) berhasil menemukan inti atom yang memiliki jari-jari lebih kecil daripada atomnya. Teori milik Rutherford ini berasal dari eksperimen penembakan inti atom lempengan emas dengan partikel alfa (sebuah partikel dengan massa empat kali massa atom hidrogen dan muatan positif sebesar dua kali). Eksperimen penembakan atom dinamakan menjadi Geiger-Masreden. Nama pada percobaan itu bisa dikatakan sebagai salah bentuk apresiasi dari Rutherford pada kedua asistennya.
Pada saat itu, Rutherford membuat rancangan atau sketsa bersama dua asistennya untuk menembak atom emas oleh partikel alfa yang dipancarkan oleh unsur radioaktif. Dari percobaan ini, sinar radioaktif dapat dibelokkan, diteruskan, dan dipantulkan. Namun, dari hasil percobaan yang telah dilakukan terdapat fakta bahwa ada partikel alfa yang dibelokkan dengan sudut antara 900 sampai 1800.
Berdasarkan penelitian atau percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa jika partikel alfa mengenai inti atom, maka bisa terjadi tumbukan yang akan mengakibatkan pembelokan atau pemantulan partikel alfa. Terjadinya hal itu dapat disebabkan karena adanya massa dan muatan atom yang terpusat di inti atom (nukleus).
Dengan hal ini, Rutherford beranggapan bahwa muatan inti atom sebanding dengan massa atom dalam satuan massa atom. Selain itu, hasil dari percobaan Rutherford juga mematahkan gagasan Thomson yang menyatakan bahwa atom seperti roti kismis dengan elektron tersebar merata di seluruh bagian atom. Secara garis besar, teori atom Rutherford dapat dibagi menjadi beberapa poin, yaitu:
a) Atom tersusun dari inti atom (nukleus) dan elektron yang mengitarinya.
b) Muatan positif atau massa atom terpusat di dalam inti atom.
c) Atom bersifat netral. Hal ini dikarenakan jumlah muatan yang ada pada inti atom sama dengan jumlah muatan elektron.
d) Penyebaran partikel alfa tidak dipengaruhi oleh awan elektron.
e) Sebagian besar volume atom adalah sebuah ruang kosong (bukan pejal) karena jari-jari inti atom jauh lebih kecil dari jari-jari atom.
Teori atom Rutherford memiliki kelebihan yaitu membuat hipotesa bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilingi inti. Teori Rutherford bahwa elektron mengelilingi inti atom ini memberikan inspirasi pada penemuan baru berikutnya yaitu tentang lintasan/kedudukan elektron yang selanjutnya dikenal sebagai kulit elektron.
Gambar 6. Model atom menurut Rutherford
Namun selain kelebihan, teori ini juga memiliki kekurangan seperti tiidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori gerak, apabila elektron bergerak mengitari inti disertai pemancaran energi maka lama – kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti
2.4 Teori Atom Bohr
Gambar 7. Niels Bohr
Beberapa ilmuan sepakat mengenai teori atom yang dikemukakan oleh Rutherford mengenai atom terdiri dari inti atom dan elektron yang mengitarinya. Namun, karena pada lintasan elektron yang diterapkan oleh Rutherford masih memiliki kekurangan, maka seorang fisikawan asal Denmark dan peraih Nobel Fisika tahun 1922 yang bernama Niels Bohr memperbaiki teori atom Rutherford.
Niels Bohr melakukan percobaan tentang spektrum atom hidrogen. Berdasarkan hasil percobaannya Bohr memberikan gambaran keadaan/kedudukan orbit elektron dalam menempati daerah di sekitar inti atom. Menurut Bohr elektron mengelilingi inti atom pada orbit atau kulit tertentu.
Gambar 8. Model atom menurut Bohr
Keberadaan elektron baik di orbit yang rendah maupun yang tinggi sepenuhnya tergantung oleh tingkatan energi elektron. Sehingga elektron di orbit yang rendah akan memiliki energi yang lebih kecil daripada elektron di orbit yang lebih tinggi.
Secara sederhana, model atom milik Niels Bohr hampir mirip dengan perputaran planet yang mengitari tata surya. Oleh karena itu, teori ini juga dikenal dengan nama “model atom miniatur tata surya Niels Bohr”.
Perpindahan elektron dari kulit/orbit satu ke orbit lainnya, pasti akan disertai dengan penyerapan sejumlah energi tertentu. Perpindahan ke kulit lebih luar, tingkat energi lebih tinggi disertai penyerapan energi. Sedangkan, perpindahan ke kulit lebih dalam, tingkat energi lebih rendah disertai dengan pelepasan energi.
Terdapat beberapa poin penting megenai teori atom Niels Bohr, di antaranya:
a) Adanya lintasan stasioner yang memiliki energi tertentu. Lintasan stasioner adalah lintasan-lintasan tertentu tanpa membebaskan energi yang diputari oleh inti atom.
b) Tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan atau diserap ketika elektron berada dalam lintasan stasioner.
c) Apabila elektron menyerap energi dari luar, maka elektron itu akan naik ke kulit yang lebih tinggi, lalau akan kembali pada kulit yang semula dengan memancarkan energi radiasi.
d) Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan lainnya. Jika elektron berpindah dari lintasan dengan energi rendah ke lintasan dengan energi tinggi. Saat terjadi perpindahan, elektron akan menyerap energi dan jika sebaliknya elektron akan menyerap energi.
e) Salah satu kelemahan yang pada teori Niels Bohr adalah tidak dapat menjelaskan spektrum atom yang lebih besar daripada hidrogen. Bukan hanya itu, teori atom Niels Bohr juga tidak bisa menjelaskan efek Zeeman, yaitu spektrum atom yang lebih rumit jika atom diletakkan pada medan magnet.
2.5 Teori Mekanika Kuantum
Gambar 9. Erwin Schrodinger
Kelemahan yang ada pada teori atom Niels Bohr akhirnya disempurnakan oleh seorang fisikawan dari Austria Erwin Schrodinger. Ia membuat teori mekanika kuantum atau yang saat ini dikenal dengan sebutan “model atom modern”. Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom.”
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger. Teori atom Erwin Schrodinger ini menggambarkan sifat pergerakan serta posisi elektron yang berdasarkan pada hipotesis Broglie dan Werner Heisenberg.
Gambar 10. Model atom menurut Erwin Schrodinger
Menurut Louis de Broglie, elektron memiliki sifat dualisme, yaitu bukan hanya sebagai partikel, tetapi juga sebagai gelombang. Sedangkan hipotesis Werner Heisenberg merupakan ketidakpastian sifat elektron.
Dengan hipotesis Broglie dan Heisenberg, maka Erwin Schrodinger berhasil menemukan sebuah persamaan gelombang gerakan elektron dalam suatu atom. Rumusan ini dapat menerangkan bahwa lintasan elektron adalah sebuah ruang bukan berupa garis saja.
Secara ringkas, teori atom Erwin Schrodinger atau “model atom modern” memiliki beberapa hal penting, yaitu
a) Atom mempunyai kulit yang di mana setiap kulitnya dan subkulit.
b) Lintasan elektron adalah sebuah ruang bukan berupa garis.
c) Gelombang adalah pergerakan elektron dalam lintasannya.
d) Kedudukan elektron tidak bisa ditentukan dengan pasti.
e) Kecepatan pancaran gelombang disebabkan oleh osilator-osilator yang menentukan pancaran foton oleh sumbernya.
f) Atom-atom yang bergerak sebagai osilator akan menghasilkan gelombang elektromagnetik yang dibarengi dengan frekuensi gelombang yang khusus bagi atom yang bersangkutan.
3. Stuktur Atom
Seperti yang telah disebutkan sebelumya, bahwa didalam atom masih terdapat partikel sub-atomic penyusun suatu atom yang dikenal dengan proton, neutron, dan elektron, serta memiliki inti yang disebut dengan inti atom. Inti atom terdiri dari neutron dan proton yang dikelilingi oleh elektron. Atom memiliki sifat yang berbeda berdasarkan susunan dan jumlah partikel dasarnya.
Gambar 11. Struktur Atom
(sumber : sciencefacts.net)
Penemuan struktur atom dimulai pada tahun 1886, dimana ilmuan bernama Eugene Goldstein menemukan partikel listrik yang bermuatan positif atau yang saat ini dikenal dengan nama proton. Lalu seiring dengan dikemukakannya teori-teori tentang atom, pada tahu 1897 Joseph Jonh Thomson berhasil menemukan partikel yang bermuatan negatif yang dinamakan elektron. Penemuan ini menjadi pencetus salah satu teori atom yang terkenal yaitu teori atom Thomson. Lalu pada tahun 1932, salah satu ilmuwan bernama James Chadwick berhasil menemukan partikel degan muatan yang netral yang saat ini bernama neutron.
3.1 Proton
Proton adalah salah satu partikel subatomik yang membentuk inti atom bersama dengan neutron. Proton memiliki muatan positif yang dinyatakan sebagai +1. Dalam simbol unsur kimia, muatan proton ditandai dengan tanda plus (+) di bagian atas simbol unsur.
Proton memiliki massa yang hampir sama dengan neutron, tetapi massa proton sedikit lebih kecil. Massa proton dinyatakan dalam satuan massa atom, yaitu dalton (Da) atau unified atomic mass unit (u). Massa proton adalah sekitar 1,67262192 x 10-27 kilogram atau sekitar 1,007276 u.
Jumlah proton dalam inti atom menentukan identitas unsur kimia. Setiap unsur memiliki jumlah proton yang khas. Misalnya, atom dengan satu proton adalah atom hidrogen, sedangkan atom dengan delapan proton adalah atom oksigen. Jumlah proton dalam inti atom juga disebut nomor atom, dan nomor atom adalah salah satu dari faktor yang membedakan unsur satu sama lain dalam tabel periodik. Proton juga memainkan peran penting dalam menentukan sifat-sifat kimia atom. Muatan positif proton menarik elektron-elektron negatif sehingga membentuk ikatan kimia dan mempengaruhi reaktivitas unsur.
3.2 Elektron
Elektron adalah salah satu partikel subatomik yang terdapat di sekitar inti atom. Elektron memiliki muatan negatif yang dinyatakan sebagai -1. Dalam simbol unsur kimia, muatan elektron ditandai dengan tanda minus (-) di bagian atas simbol unsur.
Elektron memiliki massa yang sangat kecil dibandingkan dengan proton dan neutron. Massa elektron dinyatakan dalam satuan massa atom, yaitu dalton (Da) atau unified atomic mass unit (u). Massa elektron sangat kecil, sekitar 9,10938356 x 10-31 kilogram atau sekitar 0,0005486 u.
Elektron bergerak dalam orbital di sekitar inti atom. Orbital adalah wilayah yang menggambarkan probabilitas keberadaan elektron di sekitar inti. Elektron berperan dalam membentuk ikatan kimia antara atom-atom yang membentuk molekul. Interaksi antara elektron-elektron dan antara elektron dengan inti atom menentukan sifat-sifat kimia atom, seperti kestabilan, reaktivitas, dan kemampuan membentuk ikatan dengan atom lain.
Elektron juga memiliki energi yang terkait dengan posisi dan kecepatannya dalam orbital. Energi elektron terpisah dalam tingkat energi diskret yang disebut level energi atau kulit elektron. Elektron dapat berpindah antara level energi ini melalui penyerapan atau pelepasan energi dalam bentuk foton, yang merupakan dasar bagi fenomena seperti spektroskopi.
3.3 Neutron
Neutron adalah salah satu partikel subatomik yang membentuk inti atom bersama dengan proton. Neutron tidak memiliki muatan listrik atau muatan netral. Dalam simbol unsur kimia, neutron tidak ditandai dengan muatan apapun.
Neutron memiliki massa yang hampir sama dengan proton. Massa neutron dinyatakan dalam satuan massa atom, yaitu dalton (Da) atau unified atomic mass unit (u). Massa neutron adalah sekitar 1,674927471 x 10-27 kilogram atau sekitar 1,008665 u.
Pada inti atom, neutron berperan dalam mempertahankan kestabilan inti. Interaksi kuat antara proton dan neutron dalam inti atom menjaga inti agar tetap terikat bersama. Neutron juga berkontribusi pada massa atom dan massa inti atom, tetapi tidak mempengaruhi sifat-sifat kimia atom karena tidak memiliki muatan listrik.
Jumlah neutron dalam inti atom dapat bervariasi. Atom-atom dengan jumlah proton yang sama tetapi jumlah neutron yang berbeda disebut isotop. Isotop-isotop dari suatu unsur memiliki sifat-sifat kimia yang serupa karena jumlah proton yang sama, tetapi dapat memiliki massa atom dan stabilitas inti yang berbeda karena perbedaan jumlah neutron.
3.4 Kesamaan Proton, Elektron dan Neutron
1. Partikel Subatomik: Ketiganya adalah partikel subatomik, yang berarti mereka adalah komponen dasar yang membentuk struktur atom.
2. Terdapat dalam Atom: Ketiga partikel ini ditemukan dalam atom. Proton dan neutron terletak di inti atom, yang merupakan pusat yang padat dan bermuatan positif dari atom. Elektron, di sisi lain, bergerak di sekitar inti dalam orbital yang berenergi.
3. Pengaruh terhadap Sifat Atom: Semua tiga partikel ini mempengaruhi sifat atom. Jumlah proton menentukan identitas unsur kimia, sementara jumlah neutron dapat memengaruhi stabilitas inti atom dan membentuk isotop. Elektron berperan dalam membentuk ikatan kimia dan menentukan sifat-sifat kimia dan reaktivitas atom.
4. Massa: Proton dan neutron memiliki massa yang hampir sama. Massa elektron, di sisi lain, jauh lebih kecil dibandingkan dengan proton dan neutron. Massa proton dan neutron dinyatakan dalam satuan massa atom (dalton atau u), sedangkan massa elektron dinyatakan sebagai sebagian kecil dari massa atom.
5. Terlibat dalam Interaksi: Ketiga partikel ini terlibat dalam interaksi dengan partikel subatomik lainnya. Proton dan elektron berinteraksi melalui gaya elektromagnetik, sedangkan neutron berinteraksi melalui gaya nuklir atau gaya kuat.
3.5 Perbedaan Proton, Elektron dan Neutron
1. Muatan Listrik: Proton memiliki muatan positif (+1), neutron tidak memiliki muatan (netral), sedangkan elektron memiliki muatan negatif (-1).
2. Lokasi dalam Atom: Proton dan neutron terdapat di dalam inti atom yang terletak di pusat atom. Elektron, di sisi lain, bergerak dalam orbital yang mengelilingi inti atom.
3. Massa: Proton dan neutron memiliki massa yang hampir sama, sedangkan massa elektron jauh lebih kecil dibandingkan dengan proton dan neutron. Massa proton dan neutron dinyatakan dalam satuan massa atom (dalton atau u), sedangkan massa elektron dinyatakan sebagai sebagian kecil dari massa atom
4. Jumlah dalam Atom: Jumlah proton dalam inti atom menentukan identitas unsur kimia. Misalnya, atom hidrogen memiliki satu proton, atom karbon memiliki enam proton, dan seterusnya. Jumlah neutron dalam inti atom dapat bervariasi, membentuk isotop-isotop dari unsur yang sama. Jumlah elektron dalam atom sama dengan jumlah proton, sehingga atom secara keseluruhan netral secara muatan.
5. Dampak pada Reaktivitas: Proton dan elektron berperan penting dalam reaktivitas kimia atom. Elektron menentukan sifat-sifat kimia atom dan kemampuan atom membentuk ikatan dengan atom lain. Proton, sebagai komponen inti atom, mempengaruhi stabilitas inti dan energi ikatan nuklir. Neutron, meskipun tidak memiliki muatan listrik, juga berperan dalam menjaga kestabilan inti atom.
6. Interaksi dengan Medan Listrik dan Magnetik: Proton dan elektron berinteraksi dengan medan listrik dan magnetik. Proton memiliki muatan positif sehingga terpengaruh oleh medan listrik dan magnetik. Elektron, sebagai partikel yang membawa muatan negatif, juga berinteraksi dengan medan listrik dan magnetik. Neutron, yang tidak memiliki muatan listrik, tidak terpengaruh oleh medan listrik, tetapi masih dapat berinteraksi melalui gaya nuklir dengan partikel lain.
4. Perbedaan Atom dan Unsur
Banyak orang masih mengira bahwa atom dan unsur itu sama. Padahal, kedua istilah tersebut mempunyai arti dan komponen yang berbeda. Hanya saja, karena keduanya saling berhubungan erat dalam studi kimia, maka sering kali sulit untuk membedakan antara keduanya.
a) Perbedaan Atom dan Unsur dari segi pengertian
Atom merupakan unit terkecil dan paling sederhana dari semua materi. Atom adalah bagian dari suatu unsur. Sedangkan Suatu unsur pada dasarnya merupakan zat kimia murni atau mentah yang terdiri dari satu atau beberapa jenis atom. Suatu unsur dapat dikategorikan berdasarkan nomor atomnya.
b) Perbedaan Atom dan Unsur dari segi susunannya
Atom tersusun dari partikel sub atomic seperti neutron, proton, dan elektron. Sedangkan unsur hanya terdiri dari satu jenis atom. Contohnya unsur Hidrogen yang hanaya terdiri dari satu atom proton
c) Perbedaan Atom dan Unsur dari segi penggabungannya
Unsur-unsur dapat digabungkan satu sama lain untuk membentuk molekul melalui reaksi kimia. Sedangkan, Atom dapat bergabung membentuk molekul tetapi jika semua atom terikat memiliki unsur yang serupa. Unsur – unsur ditulis dengan lambang unsurnya disertai dengan jumlah atom penyusunya. Contohnya: O2, H2. Unsur oksigen tidak pernah ditulis hanya huruf O saja, melainkan ditambah angka 2 sebagai arti bahwa Unsur ini dibentuk dari 2 atom oksigen.
d) Perbedaan Atom dan Unsur dari segi bentuknya
nsur lebih besar dan lebih berat dalam ukuran dan massa. Sedangkan Atom, bentuknya sangat kecil dan tidak dapat dilihat melalui mikroskop
e) Perbedaan Arom dan Unsur dari segi penggunaan istilah
Kata unsur sering digunakan ketika berbicara tentang tabel periodik, dan kimia secara umum. Sedangkan atom lebih banyak digunakan dalam fisika. Kemudian, atom dalam kimia sering disebutkan ketika berbicara tentang nomor atom atau massa.
5. Nomor Arom dan Nomor Massa
Nomor atom dan nomor massa adalah dua konsep penting dalam kimia yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur kimia.
Nomor atom (Z) adalah angka yang menunjukkan jumlah proton yang terdapat dalam inti atom. Proton adalah partikel bermuatan positif yang ada di inti atom. Nomor atom juga menentukan identitas unsur kimia. Misalnya, atom hidrogen memiliki nomor atom 1, atom karbon memiliki nomor atom 6, dan seterusnya. Nomor atom menentukan posisi unsur dalam tabel periodik.
Nomor massa (A) adalah angka yang menunjukkan jumlah total proton dan neutron dalam inti atom. Neutron adalah partikel netral yang juga ada di inti atom. Nomor massa digunakan untuk mengidentifikasi isotop dari suatu unsur. Isotop adalah atom dengan jumlah proton yang sama (nomor atom yang sama), tetapi jumlah neutron yang berbeda. Misalnya, isotop hidrogen memiliki nomor atom 1, tetapi isotop hidrogen yang paling umum, deuterium, memiliki nomor massa sekitar 2 karena memiliki satu neutron tambahan.
Nomor atom (Z) dan nomor massa (A) digunakan bersama-sama untuk menggambarkan simbol atom. Simbol atom ditulis dalam bentuk A X, di mana A adalah nomor massa (jumlah proton + neutron) dan X adalah simbol unsur kimia. Misalnya, atom karbon-12 (C-12) memiliki nomor atom 6 dan nomor massa 12, menunjukkan bahwa atom tersebut memiliki 6 proton dan 6 neutron dalam inti atomnya.
Posting Komentar